Jumat, 11 Desember 2015

Keyakinan dan Penghinaan Syiah Bag1 (Ahlus Sunnah Lebih Hina Dari Anjing)




Orang rafidhah memandang selain mereka dengan pandangan yang hina dina,ini diperjelas oleh penghinaan mereka terhadap selain mereka dengan memberikan sifat dan laqob yang buruk kepada setiap orang yang menyelisihi mazhab atau pandangan mereka.
Sifat yang diberikan orang rafidhah terhadap orang yang menyelisihi mereka banyak sekali yang tak terhitung jumlahnya,dan hampir tidak ditemukan satu bukupun diantara buku-buku mereka yang kosong dari hal tersebut.
Dan dibawah ini adalah beberapa keyakinan sesat dan celaan mereka kepada orang yang menyelisihi mereka ,diantaranya  ialah
1.     Mereka menyakini bahwasanya Allah menciptakan orang yang menyelisihi mereka dari tanah yang tidak sama dengan tanah mereka diciptakan, dan bahwasanya orang yang menyelisihi mereka diciptakan dari kerak neraka.
2.     Mereka meyakini najisnya orang yang menyelisihi mereka .
3.     Mereka menamakan orang yang menyelisihi mereka dengan nama-nama hewan,dan bahkan mereka lebih mengutamakan hewan daripada orang lain.
4.     Mereka menuduh orang yang menyelisihi mereke adalah anak zina .
Adapun sikap yang pertama,yaitu “ keyakinan mereka bahwasanya orang selain mereka diciptakan dari tanah neraka “,keyakinan yang rusak ini banyak tertera dalam nash-nash kitab mereka,bahkan sebagian besar ulama syiah menjadikannya bab tersendiri dalam hal ini,diantara riwayat yang menunjukkan hal tersebut yaitu :
·       apa yang diriwayatkan oleh al-majlisi dalam kitabnya  “ al-bihar ‘nil mufid “ dari ibnu qauliyah dengan sanadnya ke abu ja’far bahwasanya dia berkata : “ sesungguhnya kami dan sekte kami diciptakan dari tanah ‘illiyin sedangkan musuh-musuh kami diciptakan dari kerak neraka dan dari tanah yang hitam pekat “ dan dalam riwayat yang lain “ bahwasanya musuh-musuh mereka diciptakan dari sijjin “ [1]
·       As-Shofar meriwayatkan dari abu ‘abdillah bahwasanya dia berkata : “ sesungguhnya Allah menciptakan kami dari ‘illiyin dan menciptakan orang – orang yang mencintai kami selain dari itu,dan Allah menciptakan musuh-musuh kami dan orang yang mencintai mereka dari sijjin,maka demikianlah setiap orang disandarkan kepada orang yang dicintai “ dan dalam riwayat yang lain “ bahwasanya orang-orang ahlus sunnah diciptakan dari tanah neraka “ .[2]
·       As-Shofar juga meriwayatkan dari abu ‘abdillah bahwasanya dia berkata : “ sesungguhnya Allah menciptakan orang mukmin dari tanah surga,sedangkan ahlus sunnah diciptakan dari tanah neraka “ .[3]
Inilah pandangan rafidhah terhadap selainnya,mereka menganggap orang lain diciptakan dari tanah yang hina yang diciptakan dari nanah atau tanah neraka,dan ketika itu pula rafhidah menganggap mereka diciptakan dari tanah surga, bahkan yang lebih parah lagi mereka menganggap hanya diri mereka saja yang manusia, adapun selainnya mereka anggap bukan manusia.  Dan mereka juga meyakini tempat kembali selain mereka adalah neraka sebagaimana dia ciptakan darinya.
Dari Abi abdillah bahwasanya dia berkata : “ Sesungguhnya Allah menciptakan kami dari cahaya kemuliaanNya,kemudian Dia membentuk penciptaan kami dari tanah yang tersimpan rapi dibawah ‘arasy, kemudian ia menempatkan cahaya tersebut didalamnya,maka jadilah kami makhluk dan manusia yang bercahaya yang tidak seorang mahklukpun diciptakan darinya dan Allah juga menciptakan arwah-arwah pengikut kami dari tanah kami dan menciptakan badan-badan mereka dari tanah yang lebih rendah dari itu yang tidak seorangpun diciptakan darinya kecuali para nabi.demikianlah penciptaan kami dan para pengikut kami, adapun manusia yang lainnya diciptakan untuk neraka dan akan kembali ke neraka “.[4]
Dalam riwayat lain, yang diriwayatkan oleh Al-‘ayasyi dalam tafsirnya dari Abi abdillah dia berkata : “ Sejatinya manusia itu adalah orang Syi’ah, adapun selainnya hanya Allah yang tahu siapa mereka “.[5]
Dua riwayat diatas menunjukkan rafidhah tidak mengnggap selainnya adalah manusia, kemudian bimbang dalam menentukan jenis penciptaan mereka dan mengatakan hanya Allah yang tau siapa mereka??. apabila kita meneliti kitab-kitab rafidhah niscaya kita akan menemukan jawaban dari pertanyaan ini lebih dari satu riwayat diantara riwayat-riwayat mereka. Dalam kesempatan ini, Saya(penulis)  hanya menyebutkan sebatas riwayat yang diyakini oleh orang rafidhah sebagai  asal jenis orang yang menyelisihi mereka,berikut contoh-contoh riwayat tersebut :
·       Dari Abu bashir dia berkata : “ Saya berhaji bersama abu abdillah,tatkala kami sedang thowaf saya katakan kepadanya : “ saya menjadi tebusanmu wahai cucu Rosulullah,semoga Allah mengampuni mahkluk ini,diapun lantas berkata : “ wahai abu bashir sesungguhnya kebanyakan yang kamu lihat adalah kera dan babi,saya katakan : “ perlihatkan mereka kepadaku “ maka diapun membaca jampi-jampi, kemudian dia mengusapkan tangannya ke mataku,maka akupun melihat mereka seperti kera dan babi,yang demikian itu membuatku ketakutan,kemudian diapun mengusapkan tangannya lagi kemataku,maka penglihatankupun kembali sediakala “.[6]
·       Dalam riwayat lain, yang diriwayatkan oleh Al-majlisi dalam kitab Al-Bihar : dari Abu bashir dia berkata : saya katakan kepada imam as-shodiq : “ apa yang membuat kita lebih utama atas orang-orang yang menyelisihi kita? Demi Allah aku melihat salah seorang dari mereka orang yang paling ridho,paling nikmat kehidupannya,paling baik keadaannya dan paling gigih mencari surga, diapun tidak menjawabku sampai kami tiba di abthoh,kami memandangi orang-orang sedang bermunajat kepada Allah, dia berkata : alangkah banyaknya orang yang berteriak dan alangkah sedikitnya orang yang berhaji, demi Allah, Allah tidak akan menerima kecuali darimu dan sektemu (syiah) secara khusus,kemudian diapun mengusap tangannya kewajahku maka akupun melihat kebanyakan orang adalah babi,keledai dan kera kecuali segelintir orang saja “.[7]
·       Dalam riwayat lain, yang diriwayatkan dari pengikut syi’ah dari abu ja’far ,lelaki tersebut berkata kepadanya :” saya hambamu dan dari golonganmu yang lemah lagi buta, jaminkanlah untukku surga,dia berkata : pertama saya akan memberikanmu tanda para imam,saya katakan  : tidakkah engkau mengumpulkannya untukku? Dia berkata : kamu mau?,saya katakan: bagaimana mungkin saya tidak mau? Setelah dia selesai mengusap mataku,maka akupun melihat semua segala apa yang ada dibawah bangsal yang didudukinya,dia berkata : “wahai abu Muhammad inilah penglihatanmu maka lihatlah dengan kedua matamu” “demi Allah saya tidak melihat kecuali anjing,babi dan kera” lalu saya berkata : “makhluk apakah yang dirubah ini?,dia berkata : apa yang kamu lihat ini adalah ahlus sunnah dan seandainya dibuka tirainya untuk manusia seperti penglihatan syi’ah terhadap selainnya,niscara mereka tidak akan melihatnya kecuali dengan bentuk ini.[8]
Inilah pandangan orang Rafidhah terhadap kaum muslimin,dan mereka menganggap setiap orang yang menyelisihi mereka berasal dari anjing,keledai,kera,dan babi. Semoga Allah memuliakan kaum muslimin dari yang demikian itu. Akan tetapi kita katakan kepada mereka  : “ kalian dan nenek moyang kalian dari kalangan yahudi lebih pantas dengan sebutan tersebut,yang mana Allah telah merubah bentuk mereka kebentuk kera dan babi “ . Allah Berfirman : “ Katakanlah ( Muhammad ), apakah akan aku beritakan kepadamu tentang orang yang lebih buruk pembalasannya dari ( orang fasik ) disisi Allah? Yaitu,orang yang dilaknat dan dimurkai Allah, diantara mereka ada yang dijadikan kera dan babi dan orang yang menyembah Thogut. Mereka itu lebih buruk tempatnya dan lebih tersesat dari jalan yang lurus “.[9]  Sebagaimana orang yahudi lebih mengutamakan hewan daripada umat-umat yang lainnya,begitu juga orang Rafidhah lebih mengutamakan hewan daripada kaum muslimin.

At-Thusi meriwayatkan dari Muhammad bin Al-Hanafiyah bahwasanya  dia berkata, bapaknya berkata : “ tidaklah Allah menciptakan sesuatu yang lebih buruk daripada anjing dan Ahlus sunnah lebih buruk dari itu “.[10]
Al-Barqy dan As-Shuduq juga meriwayatkan dari Abu Abdillah bahwasanya dia berkata : “ Sesungguhnya Nuh ‘aihis salam membawa anjing dan babi ke dalam perahu dan tidak membawa anak zina,sedangkan Ahlus sunnah lebih buruk dari anak zina “.[11]

Begitulah kebencian mereka terhadap Ahlus sunnah sebatas penelitianku terhadap buku-buku mereka,tentunya saya tidak berlebihan menyebutkan sikap Rafidhah terhadap Ahlus sunnah sebagaimana tidak berlebihannya saya menyebutkan sikap orang yahudi terhadap kaum muslimin,karena saya mengetahui apapun yang mereka katakan dan gemborkan seakan-akan aku merasa tidak ada kata-kata buruk yang lebih mengobati dada mereka daripada kebencian dan kedengkian terhadap Ahlus sunnah. Sungguh sangat mengherankan orang yang ragu terhadap kebenaran penyandaran sikap ini kepada mereka padahal Allah berfirman : “ Pasti kamu dapati orang yang paling keras permusuhannya terhadap orang-orang yang beriman ialah orang-orang yahudi dan orang-orang musyrik “.[12]

Adapun keyakinan mereka tentang na’jisnya orang-orang yang menyelisihi mereka ditunjukkan oleh beberapa riwayat sebagai berikut :
·       Al-Qulaini meriwayatkan dari Abu Abdillah : “ Bahwasanya dia membenci sisa-sisa anak zina,yahudi,nasrani,musyrik,dan segala apa yang menyelisihi islam dan yang lebih buruk dari itu menurut dia adalah sisanya Ahlus sunnah “.[13]
·       Dalam riwayat yang lain Al-Qulaini juga meriwayatkan dari Abu Abdillah berkata : “ Jangan kalian mandi dari sumur yang terkumpul didalamnya sisa air mandi karena didalamnya terdapat sisa mandi anak zina yang tidak akan pernah suci sampai tujuh keturunan dan yang lebih buruk dari itu ialah sisa air mandi Ahlus sunnah. Sesungguhnya Allah tidak pernah menciptakan makhluk yang lebih buruk dari anjing sedangkan Ahlus sunnah lebih rendah bagi Allah daripada anjing “.[14]
Dua riwayat ini, menunjukkan keyakinan mereka tentang na’jisnya sisa-sisa setiap orang yang menyelisihi mereka, itu dikarenakan na’jisnya mereka. dan tidak akan pernah suci sampai tujuh keturunan sebagaimana yang mereka sebutkan pada riwayat yang kedua dan mereka menganggap Ahlus sunnah lebih buruk dari itu.
Menurut mereka kena’jisan orang-orang yang menyelisihi mereka tidak berpindah dengan sisa saja,bahkan dengan berjabat tangan dan menyentuhnya sebagaimana yang ditunjukkan oleh riwayat  ini yaitu dalam kitab Al-Kafi : dari Khalid al-Kulanisi mengatakan: saya katakan kepada Abu Abdillah : “ saya berjumpa dengan orang kafir zimmi kemudian ia lantas menjabat tanganku, dia menjawab : “ gosoklah ia ketanah dan ketembok, aku katakan : “ bagaimana dengan Ahlus sunnah?,dia menjawab : “ dengan mencucinya “. [15]
Riwayat-riwayat ini menunjukkan keyakinan orang Rafidhah tentang na’jis setiap orang yang menyelisihi mereka dan najisnya akan berpindah secara langsung dengan menggunakan sisa mereka, bahkan dengan menyentuh dan menjabat tangannya. Dan mereka menyimpulkan Ahlus sunnah lebih na’jis daripada orang yahudi, nasrani dan musyrik sebagaimana yang mereka sebutkan dalam riwayat ini. Kemudian dalam riwayat yang ketiga mereka meyakini tidak cukup menghilangkan najis selain mereka dengan menghilangkan na’jisnya semata,akan tetapi menghilangkan najis orang kafir zimmi ketika berjabat tangan dengan menggosoknya ketanah sedangkan Ahlus sunnah mereka mewajibkan mencucinya. Sungguh telah ada nash dari kalangan pembesar ulama mereka tentang na’jisnya Ahlus sunnah,bahkan Ni’matullah Al-jazairi salah seorang pembesar ulama mereka yang hidup pada abad kesebelas menyebutkan tentang kesepakatan mereka terhadap najisnya Ahlus sunnah dan kafirnya mereka,dia berkata : “ adapun Ahlus sunnsh dan orang-orang yang mengikuti mereka adalah na’jis dan mereka lebih buruk dari orang yahudi, nasrani dan majusi dan mereka kafir najis menurut ijma’ ulama imamiyah “[16].,begitu juga ulama mereka yang kontemporer meyakini keyakinan ini sebagaimana yang mereka suarakan dalam kita-kitab mereka. Imam mereka Al-Halik Ayatullah Al-Khumaini mengatakan : “ adapun Ahlus sunnah dan khawarij semoga Allah melaknat mereka- najis tanpa diragukan, itu disebabkan penginkaran mereka merembet kepada pengingkaran risalah “.




[1] Bihaarul Anwar 8 \25
[2]  Bashooirud Darojat ,hal 36, dan Almajlisi meriwayatkannya dalam Bihaar Anwar 11\25
[3]  Bashooirud Darojat ,hal 36, dan Almajlisi meriwayatkannya dalam Bihaar Anwar 9\25
[4]  As-Shofar : Bashoirud Darojat hal 40
[5]  Tafsir Al-‘Iyasyi 2\264
[6]  Bashooirud Darojat ,hal 290
[7]  Bihaarul Anwar 27\30
[8]  Bihaarul Anwar 27\30
[9]  Al-Maidah : 60
[10]  Amali At-Thusi hal 279 dan Bihaar Anwar 27\221
[11]  Al-Barqi : Al-Mahasin hal 185 dan As-Shoduq : Tsawabul A’mal Wa “Iqoobul A’mal hal 251. Dan riwayat ini juga disebutkan oleh Al-Majlisi dalam Bihaar Anwar 27\236
[12]  Al-Maidah : 82
[13]  Alfuru’ minal Kaafi 3\11
[14] Alfuru’ minal Kaafi 3\14
[15]  Al-usul minal Kaafi 2 \ 650
[16]  Al-Anwar An-Ni’maniyah 2 \306

0 komentar:

Posting Komentar