Orang rafidhah
memandang selain mereka dengan pandangan yang hina dina,ini diperjelas oleh
penghinaan mereka terhadap selain mereka dengan memberikan sifat dan laqob yang
buruk kepada setiap orang yang menyelisihi mazhab atau pandangan mereka.
Sifat yang
diberikan orang rafidhah terhadap orang yang menyelisihi mereka banyak sekali
yang tak terhitung jumlahnya,dan hampir tidak ditemukan satu bukupun diantara
buku-buku mereka yang kosong dari hal tersebut.
Dan dibawah ini
adalah beberapa keyakinan sesat dan celaan mereka kepada orang yang menyelisihi
mereka ,diantaranya ialah
1.
Mereka menyakini bahwasanya
Allah menciptakan orang yang menyelisihi mereka dari tanah yang tidak sama
dengan tanah mereka diciptakan, dan bahwasanya orang yang menyelisihi mereka
diciptakan dari kerak neraka.
2.
Mereka meyakini najisnya
orang yang menyelisihi mereka .
3.
Mereka menamakan orang yang
menyelisihi mereka dengan nama-nama hewan,dan bahkan mereka lebih mengutamakan
hewan daripada orang lain.
4.
Mereka menuduh orang yang
menyelisihi mereke adalah anak zina .
Adapun sikap yang
pertama,yaitu “ keyakinan mereka bahwasanya orang selain mereka diciptakan dari
tanah neraka “,keyakinan yang rusak ini banyak tertera dalam nash-nash kitab
mereka,bahkan sebagian besar ulama syiah menjadikannya bab tersendiri dalam hal
ini,diantara riwayat yang menunjukkan hal tersebut yaitu :
·
apa yang diriwayatkan oleh
al-majlisi dalam kitabnya “ al-bihar
‘nil mufid “ dari ibnu qauliyah dengan sanadnya ke abu ja’far bahwasanya dia
berkata : “ sesungguhnya kami dan sekte kami diciptakan dari tanah ‘illiyin
sedangkan musuh-musuh kami diciptakan dari kerak neraka dan dari tanah yang
hitam pekat “ dan dalam riwayat yang lain “ bahwasanya musuh-musuh mereka
diciptakan dari sijjin “ [1]
·
As-Shofar meriwayatkan dari
abu ‘abdillah bahwasanya dia berkata : “ sesungguhnya Allah menciptakan kami
dari ‘illiyin dan menciptakan orang – orang yang mencintai kami selain dari
itu,dan Allah menciptakan musuh-musuh kami dan orang yang mencintai mereka dari
sijjin,maka demikianlah setiap orang disandarkan kepada orang yang dicintai “
dan dalam riwayat yang lain “ bahwasanya orang-orang ahlus sunnah diciptakan
dari tanah neraka “ .[2]
·
As-Shofar juga meriwayatkan
dari abu ‘abdillah bahwasanya dia berkata : “ sesungguhnya Allah menciptakan
orang mukmin dari tanah surga,sedangkan ahlus sunnah diciptakan dari tanah neraka
“ .[3]
Inilah pandangan
rafidhah terhadap selainnya,mereka menganggap orang lain diciptakan dari tanah
yang hina yang diciptakan dari nanah atau tanah neraka,dan ketika itu pula
rafhidah menganggap mereka diciptakan dari tanah surga, bahkan yang lebih parah
lagi mereka menganggap hanya diri mereka saja yang manusia, adapun selainnya
mereka anggap bukan manusia. Dan mereka
juga meyakini tempat kembali selain mereka adalah neraka sebagaimana dia
ciptakan darinya.
Dari Abi abdillah
bahwasanya dia berkata : “ Sesungguhnya Allah menciptakan kami dari cahaya
kemuliaanNya,kemudian Dia membentuk penciptaan kami dari tanah yang tersimpan
rapi dibawah ‘arasy, kemudian ia menempatkan cahaya tersebut
didalamnya,maka jadilah kami makhluk dan manusia yang bercahaya yang tidak
seorang mahklukpun diciptakan darinya dan Allah juga menciptakan arwah-arwah
pengikut kami dari tanah kami dan menciptakan badan-badan mereka dari tanah
yang lebih rendah dari itu yang tidak seorangpun diciptakan darinya kecuali
para nabi.demikianlah penciptaan kami dan para pengikut kami, adapun manusia
yang lainnya diciptakan untuk neraka dan akan kembali ke neraka “.[4]
Dalam riwayat
lain, yang diriwayatkan oleh Al-‘ayasyi dalam tafsirnya dari Abi abdillah dia
berkata : “ Sejatinya manusia itu adalah orang Syi’ah, adapun selainnya hanya
Allah yang tahu siapa mereka “.[5]
Dua riwayat
diatas menunjukkan rafidhah tidak mengnggap selainnya adalah manusia, kemudian
bimbang dalam menentukan jenis penciptaan mereka dan mengatakan hanya Allah
yang tau siapa mereka??. apabila kita meneliti kitab-kitab rafidhah niscaya
kita akan menemukan jawaban dari pertanyaan ini lebih dari satu riwayat
diantara riwayat-riwayat mereka. Dalam kesempatan ini, Saya(penulis) hanya menyebutkan sebatas riwayat yang
diyakini oleh orang rafidhah sebagai
asal jenis orang yang menyelisihi mereka,berikut contoh-contoh riwayat
tersebut :
·
Dari Abu bashir dia berkata
: “ Saya berhaji bersama abu abdillah,tatkala kami sedang thowaf saya katakan
kepadanya : “ saya menjadi tebusanmu wahai cucu Rosulullah,semoga Allah
mengampuni mahkluk ini,diapun lantas berkata : “ wahai abu bashir sesungguhnya
kebanyakan yang kamu lihat adalah kera dan babi,saya katakan : “ perlihatkan
mereka kepadaku “ maka diapun membaca jampi-jampi, kemudian dia mengusapkan
tangannya ke mataku,maka akupun melihat mereka seperti kera dan babi,yang
demikian itu membuatku ketakutan,kemudian diapun mengusapkan tangannya lagi
kemataku,maka penglihatankupun kembali sediakala “.[6]
·
Dalam riwayat lain, yang
diriwayatkan oleh Al-majlisi dalam kitab Al-Bihar : dari Abu bashir dia berkata
: saya katakan kepada imam as-shodiq : “ apa yang membuat kita lebih utama atas
orang-orang yang menyelisihi kita? Demi Allah aku melihat salah seorang dari
mereka orang yang paling ridho,paling nikmat kehidupannya,paling baik
keadaannya dan paling gigih mencari surga, diapun tidak menjawabku sampai kami
tiba di abthoh,kami memandangi orang-orang sedang bermunajat kepada Allah, dia
berkata : alangkah banyaknya orang yang berteriak dan alangkah sedikitnya orang
yang berhaji, demi Allah, Allah tidak akan menerima kecuali darimu dan sektemu
(syiah) secara khusus,kemudian diapun mengusap tangannya kewajahku maka akupun
melihat kebanyakan orang adalah babi,keledai dan kera kecuali segelintir orang
saja “.[7]
·
Dalam riwayat lain, yang
diriwayatkan dari pengikut syi’ah dari abu ja’far ,lelaki tersebut berkata
kepadanya :” saya hambamu dan dari golonganmu yang lemah lagi buta, jaminkanlah
untukku surga,dia berkata : pertama saya akan memberikanmu tanda para imam,saya
katakan : tidakkah engkau
mengumpulkannya untukku? Dia berkata : kamu mau?,saya katakan: bagaimana
mungkin saya tidak mau? Setelah dia selesai mengusap mataku,maka akupun melihat
semua segala apa yang ada dibawah bangsal yang didudukinya,dia berkata : “wahai
abu Muhammad inilah penglihatanmu maka lihatlah dengan kedua matamu” “demi
Allah saya tidak melihat kecuali anjing,babi dan kera” lalu saya berkata :
“makhluk apakah yang dirubah ini?,dia berkata : apa yang kamu lihat ini adalah
ahlus sunnah dan seandainya dibuka tirainya untuk manusia seperti penglihatan
syi’ah terhadap selainnya,niscara mereka tidak akan melihatnya kecuali dengan
bentuk ini.[8]
Inilah pandangan
orang Rafidhah terhadap kaum muslimin,dan mereka menganggap setiap orang yang
menyelisihi mereka berasal dari anjing,keledai,kera,dan babi. Semoga Allah
memuliakan kaum muslimin dari yang demikian itu. Akan tetapi kita katakan
kepada mereka : “ kalian dan nenek
moyang kalian dari kalangan yahudi lebih pantas dengan sebutan tersebut,yang
mana Allah telah merubah bentuk mereka kebentuk kera dan babi “ . Allah
Berfirman : “ Katakanlah ( Muhammad ), apakah akan aku beritakan kepadamu
tentang orang yang lebih buruk pembalasannya dari ( orang fasik ) disisi Allah?
Yaitu,orang yang dilaknat dan dimurkai Allah, diantara mereka ada yang
dijadikan kera dan babi dan orang yang menyembah Thogut. Mereka itu lebih buruk
tempatnya dan lebih tersesat dari jalan yang lurus “.[9] Sebagaimana orang yahudi lebih mengutamakan
hewan daripada umat-umat yang lainnya,begitu juga orang Rafidhah lebih
mengutamakan hewan daripada kaum muslimin.
At-Thusi
meriwayatkan dari Muhammad bin Al-Hanafiyah bahwasanya dia berkata, bapaknya berkata : “ tidaklah
Allah menciptakan sesuatu yang lebih buruk daripada anjing dan Ahlus sunnah
lebih buruk dari itu “.[10]
Al-Barqy dan
As-Shuduq juga meriwayatkan dari Abu Abdillah bahwasanya dia berkata : “
Sesungguhnya Nuh ‘aihis salam membawa anjing dan babi ke dalam perahu dan tidak
membawa anak zina,sedangkan Ahlus sunnah lebih buruk dari anak zina “.[11]
Begitulah
kebencian mereka terhadap Ahlus sunnah sebatas penelitianku terhadap buku-buku
mereka,tentunya saya tidak berlebihan menyebutkan sikap Rafidhah terhadap Ahlus
sunnah sebagaimana tidak berlebihannya saya menyebutkan sikap orang yahudi terhadap
kaum muslimin,karena saya mengetahui apapun yang mereka katakan dan gemborkan
seakan-akan aku merasa tidak ada kata-kata buruk yang lebih mengobati dada
mereka daripada kebencian dan kedengkian terhadap Ahlus sunnah. Sungguh sangat
mengherankan orang yang ragu terhadap kebenaran penyandaran sikap ini kepada
mereka padahal Allah berfirman : “ Pasti kamu dapati orang yang paling keras
permusuhannya terhadap orang-orang yang beriman ialah orang-orang yahudi dan
orang-orang musyrik “.[12]
Adapun keyakinan
mereka tentang na’jisnya orang-orang yang menyelisihi mereka ditunjukkan oleh
beberapa riwayat sebagai berikut :
·
Al-Qulaini meriwayatkan
dari Abu Abdillah : “ Bahwasanya dia membenci sisa-sisa anak
zina,yahudi,nasrani,musyrik,dan segala apa yang menyelisihi islam dan yang
lebih buruk dari itu menurut dia adalah sisanya Ahlus sunnah “.[13]
·
Dalam riwayat yang lain
Al-Qulaini juga meriwayatkan dari Abu Abdillah berkata : “ Jangan kalian mandi
dari sumur yang terkumpul didalamnya sisa air mandi karena didalamnya terdapat
sisa mandi anak zina yang tidak akan pernah suci sampai tujuh keturunan dan
yang lebih buruk dari itu ialah sisa air mandi Ahlus sunnah. Sesungguhnya Allah
tidak pernah menciptakan makhluk yang lebih buruk dari anjing sedangkan Ahlus
sunnah lebih rendah bagi Allah daripada anjing “.[14]
Dua riwayat ini,
menunjukkan keyakinan mereka tentang na’jisnya sisa-sisa setiap orang yang
menyelisihi mereka, itu dikarenakan na’jisnya mereka. dan tidak akan pernah
suci sampai tujuh keturunan sebagaimana yang mereka sebutkan pada riwayat yang
kedua dan mereka menganggap Ahlus sunnah lebih buruk dari itu.
Menurut mereka
kena’jisan orang-orang yang menyelisihi mereka tidak berpindah dengan sisa
saja,bahkan dengan berjabat tangan dan menyentuhnya sebagaimana yang ditunjukkan
oleh riwayat ini yaitu dalam kitab
Al-Kafi : dari Khalid al-Kulanisi mengatakan: saya katakan kepada Abu Abdillah
: “ saya berjumpa dengan orang kafir zimmi kemudian ia lantas menjabat
tanganku, dia menjawab : “ gosoklah ia ketanah dan ketembok, aku katakan : “
bagaimana dengan Ahlus sunnah?,dia menjawab : “ dengan mencucinya “. [15]
Riwayat-riwayat
ini menunjukkan keyakinan orang Rafidhah tentang na’jis setiap orang yang
menyelisihi mereka dan najisnya akan berpindah secara langsung dengan
menggunakan sisa mereka, bahkan dengan menyentuh dan menjabat tangannya. Dan
mereka menyimpulkan Ahlus sunnah lebih na’jis daripada orang yahudi, nasrani
dan musyrik sebagaimana yang mereka sebutkan dalam riwayat ini. Kemudian dalam
riwayat yang ketiga mereka meyakini tidak cukup menghilangkan najis selain
mereka dengan menghilangkan na’jisnya semata,akan tetapi menghilangkan najis
orang kafir zimmi ketika berjabat tangan dengan menggosoknya ketanah sedangkan
Ahlus sunnah mereka mewajibkan mencucinya. Sungguh telah ada nash dari kalangan
pembesar ulama mereka tentang na’jisnya Ahlus sunnah,bahkan Ni’matullah
Al-jazairi salah seorang pembesar ulama mereka yang hidup pada abad kesebelas
menyebutkan tentang kesepakatan mereka terhadap najisnya Ahlus sunnah dan
kafirnya mereka,dia berkata : “ adapun Ahlus sunnsh dan orang-orang yang
mengikuti mereka adalah na’jis dan mereka lebih buruk dari orang yahudi,
nasrani dan majusi dan mereka kafir najis menurut ijma’ ulama imamiyah “[16].,begitu
juga ulama mereka yang kontemporer meyakini keyakinan ini sebagaimana yang
mereka suarakan dalam kita-kitab mereka. Imam mereka Al-Halik Ayatullah
Al-Khumaini mengatakan : “ adapun Ahlus sunnah dan khawarij semoga Allah
melaknat mereka- najis tanpa diragukan, itu disebabkan penginkaran mereka merembet
kepada pengingkaran risalah “.
[1]
Bihaarul Anwar 8 \25
[2] Bashooirud Darojat ,hal 36, dan Almajlisi
meriwayatkannya dalam Bihaar Anwar 11\25
[3] Bashooirud Darojat ,hal 36, dan Almajlisi
meriwayatkannya dalam Bihaar Anwar 9\25
[4] As-Shofar : Bashoirud Darojat hal 40
[5] Tafsir Al-‘Iyasyi 2\264
[6] Bashooirud Darojat ,hal 290
[7] Bihaarul Anwar 27\30
[8] Bihaarul Anwar 27\30
[9] Al-Maidah : 60
[10] Amali At-Thusi hal 279 dan Bihaar Anwar
27\221
[11] Al-Barqi : Al-Mahasin hal 185 dan As-Shoduq :
Tsawabul A’mal Wa “Iqoobul A’mal hal 251. Dan riwayat ini juga disebutkan oleh
Al-Majlisi dalam Bihaar Anwar 27\236
[12] Al-Maidah : 82
[13] Alfuru’ minal Kaafi 3\11
[14] Alfuru’
minal Kaafi 3\14
[15] Al-usul minal Kaafi 2 \ 650
[16] Al-Anwar An-Ni’maniyah 2 \306